Bupati Lampung Barat H. Parosil Mabsus menjadi narasumber (pemateri) pada kuliah umum di Universitas Lampung (Unila) jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) yang diikuti ratusan mahasiswa secara tatap muka dan juga virtual, Jumat (22/4/2022).

 

Kuliah umum tersebut mengangkat tema “penanaman dan pengembangan jiwa kepemimpinan bagi mahasiswa” yang dipaparkan langsung oleh Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus.

 

Kuliah umum itu pun, juga diisi oleh tiga orang pemateri lainnya, yaitu Akademisi Fisip Unila Dr. Feni Rosalia, M.Si., Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Jurusan Ilmu Pengetahuan (JIP) Dr. Agus Muhammad S, S.IP., MH., dan Akademisi JIP Fisip Unila Bendi Juantara, S.Ip., MA.

 

Parosil Mabsus yang akrab disapa Pakcik itu, memberikan materi mengenai jiwa kepemimpinan terhadap para mahasiswa dengan menceritakan kisah hidupnya mulai dari masa kecil hingga perjalanan kariernya yang saat ini telah berhasil menjadi kepala daerah di tanah kelahirannya sendiri.

 

Parosil Mabsus merupakan putra asli daerah Lampung Barat kelahiran Purawiwitan 12 Maret 1974 dan merupakan seorang anak petani.

 

Ia pernah mengenyam Pendidikan Perguruan Tinggi di Bandar Lampung. Ia pun meraih Gelar Sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univeraitas Lampung pada tahun 1999.

 

Setelah menjadi alumni Unila, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengawali kariernya sebagai guru honorer di SMP 2 Sumberjaya (Saat ini SMP 1 Kebun Tebu) pada tahun 1999.

 

Mengajar sebagai Guru Honorer untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dan beberapa pelajaran lain, Parosil mengaku setiap bulan mendapat gaji sekitar Rp80.000 yang pembayarannya terkadang diterima tiga bulan sekali.

 

Parosil kemudian diterima sebagai guru kontrak dengan gaji sekitar Rp350.000 pada tahun 2002 dan ditugaskan mengajar di SMA 1 Lemong Lampung Barat (saat ini masuk Kabupaten Pesisir Barat).

 

Karena jauhnya jangkauan sekolah dari kediamannya di Kebun Tebu, Parosil memutuskan untuk menjadi anak kos.

 

Pada tahun 2003, saat memasuki tahapan pemilu legislatif tahun 2004, Parosil berkonsultasi dengan keluarga untuk mengutarakan niatnya ingin terjun ke dunia politik mengikuti jejak sang kakak Mukhlis Basri yang saat itu baru terpilih sebagai Wakil Bupati Lampung Barat mendampingi Bupati Erwin Nizar.

 

Akhirnya berkat dukungan keluarga, Parosil pun memutuskan untuk mundur sebagai guru kontrak dan mendaftar sebagai calon anggota DPRD Lampung Barat kala itu.

 

Nasib baik pun berpihak padanya, ia terpilih menjadi anggota DPRD Lampung Barat selama tiga periode. Tepatnya pada periode 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2017.

 

Kemudian pada Pemilihan Umum Bupati Lampung Barat tahun 2017, ia maju mencalonkan diri sebagai bupati yang didampingi Mad Hasnurin. Akhirnya, lagi-lagi nasib baik menghampirinya kembali, ia berhasil memenangi pemilihan bupati itu pada tanggal 15 Februari 2017.

 

Dengan gaya khasnya yang penuh semangat membara, Parosil menjelaskan dihadapan para mahasiswa bahwa jiwa kepemimpinan harus tertanam di dalam pikiran dan sanubari.

 

“Jiwa kepemimpinan harus tertanam di dalam pikiran dan sanubari kita, Insya Allah itu akan menjadi sebuah kebanggaan,” ucapnya.

 

“Kebanggaan untuk diri kita, kebanggaan untuk keluarga, dan juga kebanggan untuk orang lain,” sambungnya.

 

Selanjutnya Parosil menjelaskan, bahwa proses menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, sebab mesti melalui proses yang cukup panjang dalam pembentukan karakter.

 

“Proses sebuah kepemimpinan itu seperti apa? Kepemimpinan itu prosesnya ada yang dari internal dalam hal ini keluarga, dan kepimpinan itu juga ada yang terbentuk karakternya dari luar (eksternal) contohnya organisasi,” paparnya.

 

Jiwa seorang pemimpin, lanjut Parosil, harus peka dengan berbagai macam potensi, harus kuat dengan berbagai macam tantangan dan berbagai macam persoalan.

 

“Memang potensi ini akan menjadi sebuah keberkahan, dikala kita mampu mengelolanya dengan baik dan benar,” cetusnya.

 

Parosil pun mencontohkan, bahwa jiwa seorang pemimpin harus mampu melakukan pemetaan apa yang memang dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan.

 

“Makanya waktu itu sebelum saya terjun mencalonkan diri sebagai bupati, saya diskusi dengan keluarga dan teman-taman terlebih dahulu,” jelasnya.

 

“Sebelum kita masuk ke politik kita harus melakukan pemetaan terlebih dahulu, apa yang menjadi harapan, keinginan dan harapan masyarakat,” imbuhnya.

 

Hal itu lah yang mendasari Parosil menjadi seorang kepala daerah dengan mengusung pitu program dan tiga komitmen, yang tujuannya ialah untuk mensejahterakan masyarakat itu sendiri.

 

Pitu program itu diantaranya peningkatan infrastruktur mantap, penataan kota liwa sebagai kota budaya, semua bisa melanjutkan sekolah, pelayanan masyarakat sehat, mensejahterakan petani, masyarakat berdaya saing dan peningkatan kinerja pelayanan publik, serta peningkatan iman dan taqwa.

 

Sementara tiga komitmen tersebut adalah, menjadikan Kabuapten Lampung Barat sebagai kabupaten literasi, konservasi dan tangguh bencana.