Penjabat (Pj) Bupati Lampung Barat Drs. Nukman M.M sampaikan keluh kesah masyarakatnya terkait interaksi antara manusia dan dewan buas harimau.
“Akhir-akhir ini ada bemberitaan viral di Kabupaten Lampung Barat yaitu di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh terkait terjadi konflik antara manusia dan binatang buas harimau,” ungkap Pj Bupati Lampung Barat.
Demikian disampaikan Pj Bupati Lampung Barat Drs. Nukman M.M saat mengikuti Safari Ramadhan tingkat Provinsi Lampung di masjid Nurul Iman Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya, Senin 25 Maret 2024.
Yang dipimpin oleh wakil ketua II Dewan Perwakikan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Lampung Yosi Rizal S.H didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung Ir. Fahrizal Darminto MA berserta jajaran.
Disela kegiatan diwarnai dengan penyerahan santunan kepada anak yatim piatu, pakir miskin dan bantuan Masjid yang diserahkan langsung oleh wakil ketua II DPRD Provinsi Lampung didampingi Pj Bupati Lampung Barat dan jajaran.
Atas keluh kesah masyarakatnya, Pj Bupati Lampung Barat berharap kepada Pemerintah Provinsi Lampung melalui Gubernur Ir. Arinal Djunaidi untuk menjembatani kepada pihak Kementerian Kehutanan agar adanya penanganan serius terhadap permasalahan tersebut.
“Bagaimana penanganan ini agar terselesaikan dengan baik,” pintanya.
Ia menuturkan pihaknya sudah melakukan kordinasi namun sampai dengan saat ini belum ada bantuan khusus yang diberikan Kementerian.
“Karena dengan adanya musibah tersebut masyarakat Kecamatan Suoh dan BNS terdampak ekonomi,” sambungnya.
“Mengingat masayarakat Suoh dan Bns sebagian besar merupakan sebagai petani kopi tidak lama lagi sudah memasuki musim panen,” masih kata Nukman.
Sebab dikatakan Nukman, dimasa penangkapan harimau oleh tim satgas taman safari bogor dan pihak Taman Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang sedang melakukan penangkapan melarang masyarakat untuk melakukan aktivitas berkebun demi keselamatan.
“Sementara pendapatan utama masyarakat Suoh dan Bns bersumber dari hasil pertanian. Kalau aktivitas berkebun mereka kita hentikan maka seperti apa mereka untuk menutupi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.
Dirinya menceritakan sejauh ini pihaknya sudah menerima bantuan lima buah perangkap untuk menangkap hawan berjuluk raja rimba tersebut.
“Namun sampai dengan saat ini belum membuahkan hasil,” kata dia.
Sementara, menanggapi hal tersebut ketua II DPRD Provinsi Lampung mengatakan ke depannya pihaknya akan segera mengagendakan melakukan rapat koordinasi kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mencari jalan keluarnya.
Menurutnya, musibah tersebut terjadi disebab semakin sempitnya habitat asli di area TNBBS “kita akan biacarakan bagaimana caranya untuk menata kembali habitat mereka (hewan),” terangnya.
“Meskipun Undang-undang kadang-kadang lebih mengedepankan prikebinatangan tapi tentu kita tidak boleh tunduk dengan hal seperti itu,” jelasnya
“Kita harus carikan jalan keluarnya,” tutupnya.
Sebelumnya, hewan berkumis panjang tersebut sudah menerkam tiga orang masyarakat Suoh dan Bns yang mengakibatkan dua orang meninggal dunia dan satu orang selamat mengalami luka parah bagian kepala.